Monday, 2 November 2015

Elang Hitam (Ictinaetus malayensis)

Elang Hitam ( Ictinaetus malayensis / Indiana Black Eagle) Temnick, 1822
Elang dalam Perawatan BKSDA Aceh, ‎2014


Burung berukuran sedang ( 70cm ), namun tampak besar ketika terbang. Cukup dominan dalam hal bertarung sehingga memiliki survival rate yang cukup tinggi. Tersebar di ketinggian 300 - 2000mdpl. Cukup umum dijumpai di hutan primer hingga perkebunan, terkadang suka nyelonong masuk ke desa pinggir hutan. Sesuai namanya, elang ini berwarna hitam kelam kecuali pada individu muda yang memiliki corak menyerupai Elang Brontok.

Ciri Khas
Sayap yang menjari khas, kokoh dan lebar membentang, terlihat sangat besar dengan ekor yang panjang. Dewasa: Warna bulu hitam pekat, kecuali pada ekor yang memilki corak agak kecoklatan. Remaja: Dada bercorak garis seperti
 Elang Brontok fase terang. Sera kuning, kaki kuning, jari kelingking pendek tidak proporsional.

Kebiasaan
Terbang
 soaring atau gliding sambil terkadang mengeluarkan suara seperti Elang - ular Bido. Cukup aktif di pagi sampai siang hari. Terkadang terbang rendah di atas tajuk mencari mangsa berupa tikus, kadal, tupai, ayam, burung kecil dan hewan - hewan kecil lainnya. 

Sebagai burung pemangsa, elang hitam menduduki puncak rantai makanan dalam ekosistemnya. Meskipun populasinya masih terbilang banyak, burung ini menyebar terbatas di wilayah-wilayah yang berhutan. Elang hitam dilindungi oleh undang-undang RI.[4] Sedangkan menurut IUCN, burung ini berstatus LC (least concern, beresiko rendah)

Tuesday, 27 October 2015

KUCING HUTAN ( FELIS BENGALENSIS )

Deskripsi Kucing Hutan/Macan Akar (Felis bengalensis): berukuran sama seperti kucing rumahan, Bulu tubuhnya halus dan pendek Warnanya khas, yaitu kuning kecoklatan dengan belang-belang hitam di bagian kepala sampai tengkuk Selebihnya bertotol-totol hitam Pola warna ini sama sekali tidak terdapat pada kucing-kucing liar lainnya. Bagian bawah perut putih dengan totol-totol coklat tua. Ekornya panjang, lebih dari setengah panjang badannya. Kucing hutan selalu tampak berkeliaran, sendirian atau berpasangan jantan dan betina. 
Habitat Kucing Hutan (Felis bengalensis): Tempat hidup yang dihuninya ialah hutan dan kawasan bertetumbuhan di dekat perkampungan. Kucing ini mempergunakan sarang yang dibuatnya di gua-gua yang kecil atau di liang-liang batu. Pada siang hari kucing ini tidur di sarang ini, baru pada malam hari keluar mencari mangsa. Mangsanya berupa binatang-binatang kecil apa saja, seperti burung, kelelawar, tikus, ular, kadal dan juga kancil.  Ketangkasannya memanjat pohon dan kemahirannya berenang sangat membantu di dalam perburuannya mencari mangsa. Kucing hutan sering melompat dari atas pohon untuk menerkam mangsa di atas tanah. Penyebarannya luas, mulai dari Lembag Amur di Rusia sampai ke Cina, India dan Asia Tenggara. Di Indonesia, kucing ini ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan.
Kucing Hutan (Felis bengalensis) termasuk satwa liar mamalia yang dilindungi undang-undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada kententuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 bahwa:
1.  Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
2.     Barang Siapa Dengan Sengaja menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati (Pasal 21 ayat (2) huruf b), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
3.   Dengan Sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; (Pasal 21 ayat (2) huruf d), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2))

Saturday, 24 October 2015

Anak PAUD Menanam Mangrove

Sebanyak 200 batang bibit mangrove ditanam oleh anak-anak dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Al-Marhamah di Desa Seuriget, Kecamatan Langsa Barat dalam rangka menyambut Hari Bumi 2015.

Kegiatan ini merupakan rantaian kegiatan menyambut hari bumi 2015 di Kota Langsa yang diinisiasi oleh para relawan linngkungan hidup sekota Langsa. Sebelumnya telah dilakukan kegiatan pendataan sampah di Kawasan Ekosistem Mangrove Kuala Langsa. Dan akan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi publik serta pada puncak kegiatan akan diselenggarakan adalah konser amal Rafli untuk pelestarian Kawasan Mangrove Kuala Langsa.

Kegiatan ini terlakssana atas dukungan Aceh Wetland Foundation (AWF), Lembaga Pendidikan Islam Terpadu Al-Marhamah dan Friends Of Orangutan.


Wednesday, 21 October 2015

Global March for Elephant & Rhino Aceh “No Forest, No Future”

Banda Aceh, Minggu, 4 Oktober 2015

Para relawan dari lintas lembaga dan komunitas di Aceh menggerakkan acara Global March for Elephants and Rhino Aceh 2015 di kota Banda Aceh. Acara ini terbuka untuk umum dan akan dilaksanakan selama dua hari berturut-turut di Taman Putroe Phang dan Simpang 5 kota Banda Aceh, Sabtu 3 Oktober dan Minggu 4 Oktober 2015 dengan partisipasi terbanyak diharapkan akan hadir pada hari Minggu, 4 Oktober 2015.

Rangkaian acara dalam tema Global March for Elephants and Rhino 2015 di Aceh akan selenggarakan pada tanggal 3 - 4 Oktober 2015 dan lebih dari 134 kota di seluruh dunia akan ikut andil dalam aksi ini. Rangkaian kampanye terbuka ini bermaksud mempromosikan kesadaran pentingnya konservasi, utamanya pada upaya penyelamatan Gajah Sumatera dan Badak Sumatera dari ancaman kepunahan. Kegiatan ini juga diharapkan akan meningkatkan kapasitas dan keakraban bersama lintas lembaga dan komunitas di Aceh.
Kota Banda Aceh menjadi lokasi kampanye perlindungan gajah dan badak Sumatera karena saat ini Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di Aceh dan Sumatra Utara adalah salah satu benteng terakhir bagi kehidupan gajah dan badak Sumatera. KEL memegang harapan terakhir pelestarian dan keberadaan satwa tersebut di bumi. Selain Kawasan Ekosistem Leuser yang terletak di Provinsi Aceh, Sumatra juga mempunyai 2 Kawasan Konservasi Taman Nasional yang masih mendukung kehidupan gajah dan badak Sumatera yaitu Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Way Kambas
.
Gajah dan badak Sumatera telah dinyatakan kritis terancam punah dan terdaftar dalam IUCN Red List. Ancaman kepunahan bahkan lebih parah daripada gajah dan badak Afrika. Badak Sumatera di Peninsular Malaysia bahkan sudah dinyatakan punah oleh Pemerintah Malaysia tahun ini. Badak Jawa pun hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon. Dalam 3 tahun terakhir, hampir 200 gajah Sumatera (10% dari total populasi) telah mati.
Sementara, Kawasan Ekosistem Leuser yang merupakan rumah bagi populasi badak dan gajah Sumatera mengalami berbagai tekanan menuju kehancuran dan deforestasi secara drastis. Laju degradasi hutan Indonesia mencapai 2 juta hektar per tahun. Pembangunan jalan tanpa pertimbangan ekologis telah mendorong konversi hutan, illegal logging, perburuan satwa dan meningkatnya konflik manusia dan satwa liar. Hal ini merupakan ancaman utama kelestarian hutan Aceh saat ini.
Global March for Elephants and Rhino Aceh 2015 berharap untuk membuka mata dunia, lebih aktif mencari tahu dan peduli terhadap satwa liar yang berada di Sumatera, termasuk gajah, badak, orangutan dan harimau pada saat ini berada di ambang kepunahan. Sangat ironis, ketika satwa yang sangat besar manfaatnya bagi alam ini hilang dari permukaan bumi hanya karena kita terlambat menyelamatkannya.
Menurut Danurfan sebagai koordinator umum acara Global March untuk Gajah dan Badak Sumatra, acara ini diadakan secara secara serentak di seluruh dunia selama dua hari (Sabtu, 3 October dan Minggu 4 October) untuk mengakomodir besarnya animo masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam acara ini.
Lintas komunitas dan personal di Aceh berharap Pemerintah, Swasta, Penegak Hukum, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan masyarakat global serius memperhatikan hal ini dan terus mendukung program-program konservasi di Aceh. Semua pihak harus meninggalkan paham antroposentris dan segera menerapkan etika konservasi dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan.

Bersama, kita dapat menyelamatkan lingkungan dari ancaman kepunahan. Bersama, kita semua bertanggung jawab untuk menjamin pembangunan dalam lingkungan hidup yang aman dan berkelanjutan. Bersama, kita harus menjamin kelangsungan kehidupan anak cucu kita di masa depan. Salam lestari. (siaran press)

Thursday, 14 May 2015

Reuni Kaum Usang

Banda Aceh, kamis 14 mei 2015, sebahagian dari keluarga besar Aneuk BADUNK rapatkan barisan


Diinisiasi oleh madi (ini suka) yang baru pulang merantau kenegri seberang mencoba mengumpulkan beberapa personil Aneuk BADUNK yang ada di Banda Aceh. diawali keberadaan Pak Chik (saat saya datang) lalu disusul oleh mamed, silek, ipan naleung, dan kedatangan cipit serta keluarga.
ada beberapa Cruwe lain yan tak nampak,  Birong dan ipak FUCK YOU. walau diketahui kalau mereka sedang di banda aceh, namun tidak ada kabar sampai reunian bubar.
Bang Tar (BT) di Medan, Pak Weel di Takengon, Si Jum di Tamiang, Daboy gak jelas dimana. kalau DOGEL di Langsa. sayang sahabat ku yang lainnya gak bisa datang...
semoga kekeluargaan kita abadi.   

Wednesday, 13 May 2015

Pesona Pantai Lange

Pesona Pantai Lange

Aceh provinsi dengan sejuta keindahannya. Ada banyak sekali objek wisata yanga ada di provinsi aceh.

Kita dapat memilih mau mengambil segmen apa, ada pesona bawah laut, pantai, puncak gunung, serta atribut alam lainnya tersedia di provinsi aceh.
Dari sekian banyak pesona yang ada, pantai lange adalah salah satu pesona yang sangat menyejukan mata.

Jalur masuk melewati gerbang masuk Pantai Lampuuk, singgah sejenak di Masjid Rahmatullah, masjid yang selamat dari amukan tsunami pada 2004 silam, meski berada di bibir laut. Dari sini, kami mengakses jalan desa hingga berhadapan dengan sebuah persimpangan di jalan Gampong Meunasah Lamgirek.

Pantai, bintang dan bulan, penyu, dan harus melakukan segala sesuatu secara mandiri menjadi nilai lebih bagi penikmat petualangan di pantai ini.

Berhubung pantaii lange masih belum di buka secara bebas untuk umum. Dan pantai lange juga merupakan pusat pendaratan penyu yang ada di kabupaten aceh besar


Tuesday, 12 May 2015

Rasa (Cinta)

RASA

Ada orang yang pasrah menghadapi cinta 
Ada yang terus menanti
Ada pula yang menagis memuja 
Banyak yang sedih dan kecewa karena cinta 
Adapula yang mengharap cinta 
Karena cinta banyak yang telah kecewa 

Cinta
Sepenggal kata penuh rasa 
Karena cinta telah banyak yang gila yaaa…… 
Cinta....
Seperti lazimnya 
Cinta hadir seketika itu sukma merona seperti lazimnya 
Cinta itu pergi begitu gersang sukma meronta seperti itulah cinta 
Yaaa………. Cinta
Adakala cinta datang orang pun diam 
Adakala cinta pergi orang meradam adakala cinta diam orang penasaran 
Adapula cinta tak bertuan orang pun bimbang 
Ada cinta yaaa……. 
Cinta, 
Tak banyak yang tahu bagai mana cinta 
Tak banyak yang dapat dilakukan oleh cinta takhayal orangpun gila
Tak tahukah orang kalau aku cinta yaaa… 
Cinta begitu pesona meradam diam 
Bukan karena cinta pergi 
Juga bukan karena cinta 
Lalu mengapa menyalahkan cinta 
Kalau cinta itu memang milik kita 
Menanti cinta tidaklah indah. 
Apalagi kalau kita memaksa cinta 
Tetapi yang kumiliki Cuma cinta 
Dan ku korbankan semua demi cinta

By. Ratno sugito